Pagiii... :)
Begitu
ku menyapa pagi ini, pagi-pagi pikiran ku sudah melayang jauh ke jalan landak,
sudah terbayang meja kerja ku yg bertuliskan skedjul kerja hari ini. Beberapa pekerjaan
harus ku slesaikan sebelum jam 1 oleh karena itu , hari ini kulangkahkan kaki
keluar rumah lebuh pagi dari biasanya..
Hp,
Tab, dompet, ya,,, (mengabsen keperluan dalam hati) semua sudah lengkap, ku
melangkah berjalan ke luar rumah, laju langkah ku lebih cepat dari biasanya,
sepanjang perjalanan keluar pintu gerbang ku hanya bisa merekam keadaan
sekeliling dengan mataku dan menyimpannya di otakku…
Nafas
ku masih terengah-engah, belum sempat mengatur nafas, pete-pete yg ku tunggu
menghampiri, mengatur nafas pun ku lanjutkan dipete-pete.. belum sampai
setengah perjalanan laju pete-pete yg tadinya stabil, kini menjadi lambat,
terlihat antrian kendaraan di depan, "ada apa..? Tumben di jln ini macet,
" tanyaku dalam hati, karena memang jalan ini tak biasanya macet, belum
sempat ku bertanya pada orang-orang, pertanyaanQ dijawab oleh sebuah plank
bertuliskan "ada pemangkasan pohon".
Sontak
rekaman perjalanan ku keluar kompleks hingga pintu gerbang tadi di replay,saat
melihat pemangkasan pohon itu, dan hanya hela nafas yg bisa ku lakukan.
Tadi
Saat melewati mesjid di kompleks ku, terlihat beberapa warga kompleks yang
sedang kerja bakti membersihkan sampah tebangan pohon mangga. Di gapura
kompleks sempat ku balikkan badan ku
memandang jauh ke arah jalan yg ku lalui, kompleks ku kini tak sehijau dlu lagi,
Diatas
pete-pete sejenak angan-angan ku melayang kembali ke masa lalu, mengingat semua
kenangan yang terjadi selama belasan tahun di kompleks tempat ku tinggal.
Tinggal di sebuah rumah dinas milik tentara selama belasan tahun mempunyai
kenangan tersendiri, kompleks tempat ku tinggal pemandangannya sangat bagus,
ciri khas bangunannya masih kental, bentuk rumah satu dengan yang lainnya sama,
catnya juga begitu, Pembatas anatar rumah masih pagar kayu seperti di gambar
anak-anak SD kalau disuruh menggambar
setiap
rumah mempunyai pohon besar di halaman depan rumahnya, kalau bukan Pohon Mangga
ya..Pohon Jambu..
Kami
sering bermain bersama, manjat pohon yg tak terlalu tinggi, dan makan buahnya
langsung. Setiap hujan kami anak-anak kompels sering mandi-mandi hujan, keluar
rumah, berbekal kantong plastik, menanti buah mangga atau jambu yang jatuh, dan
berebut bersama teman-teman lain ditemani percikan genangan air hujan.. semakin
kencang angin kami semakin senang.. buah mangga berjatuhan, dan kami berlari
tertawa di tengah derasnya hujan. Sang pemilik rumah juga tak marah buah mangga
atau jambunya yang jatuh kamu punguti, bahkan kadang mereka duduk di teras
rumahnya sambil tertawa memandangi kami..
Tidak
hanya itu
Kehadiran
pohon mangga dan jambu disetiap rumah membuat silaturahim antar tetangga
terjaga, perbincangan antar tetangga hampir tiap sore terjadi saat masing-masing
penghuni rumah, menyapu halaman rumanya, jika sedang musim mangga dan jambu tetangga-tetangga
sering saling memberi, saling tukat-menukar mangga dengan jambu, mangga golek,
dengan mangga macan, dsb.
Tak
jarang juga ibu-ibu membuat acara rujak’an, setiap ibu-ibu membawa buah dari
rumahnya masing-masing dan duduk di salah satu halamam rumah dari kami yang
mendapat giliran jadi tuan rumah, ibu-ibu yang tidak membawa buah mangga atau
jambu biasanya membawa gula merah dan bumbu-bumbu rujak lainnya, ada juga yg
berbaik hati membawa buah lebih, seperti pepaya, timun, nanas, atau kedondong, yaa..
Saling pengertian lah.
Kami
anak-anaknya juga ikut nimbrung, ikut makan rujak, Rujak itu terasa sangat
nikmat, beda dengan rujak-rujak lainnya walau, mayoritas buahnya mangga dan
jambu, tapi kebersamaannya itu membuat kesan tersendiri.
Tak
cukup lama beberapa orang tetangga ku mulai pensiun, yang artimya mengharuskan
mereka pindah dari kompleks, tradisi rujak’an lambat laun mulai musnah,
mereka-mereka yg mengganti menempati rumah dinas itu kebanyakan lebih memilih
menjual hasil buahnya, langsung kepada penjual-penjual mangga dan jambu keliling,
kebanyakan menganggap selain mendapatkan keuntungan uang, mereka juga tak
diributkan dengan buah yg jatuh. Tapi Beberapa diantara mereka masih
menjalankan tradisi tukar menukar hasil panen.
Lagi-lagi
itu tak cukup lama, tradisi itu kini makin memudar, perkembangan modernisasi,
penambahan kebutuhan membuat pola pikir manusia juga berubah, sumber keindahan
dan kenangan kini dianggap masalah, Kini
beberapa penghuni rumah dinas memilih menebang pohonnya, dengan berbagai
alasan. Ada yg menebang pohonnya untuk membuat garasi mobil, ada yg menebang
pohonnya untuk memperluas teras rumah, membuat pagar batu, ada yg takut roboh,
ada yg malas membersihkan daun-daunnya yg gugur, hmmm (*hela nafas) Entah lah... Yang ku tau mereka menebang pohon-pohon
itu, mereka menebang keindahaan itu, mereka menebang kenangan itu..
Kini pohon-pohon itu berubah menjadi tumpukan batu dan berbagai model bangunan, yg menjadi sekat-sekat pembentuk individualis dan kesunyian... Pemandangan yg kaku, menjenuhkan, dan tak jarang memicu kecemburuan sosial, tak ada lagi bayangan-bayangan pohon yg melindungi kami dari sinar matahari, tak ada lagi pemandangan hijau, tak ada lagi acara rujak’an bersama, tak adalagi tawa anak-anak berebut, berlarian mengumpulkan mangga dan jambu, tak adalagi daun-daun kuning yg gugur memenuhi halaman, tak adalagi perbincangan sore yg di iringi suara gesekan sapu lidi dan tanah...
Semua
gugur satu demi satu…,
Dan hal itu juga
berbanding lurus dengan pemandangan sepanjang jalan ku menuju kantor, melihat
dari atas pete-pete, kota ku yg dulunya hijau bak hutan kini berubah menjadi
hutan ruko yang menjulang tinggi, papan-papan reklame terpampang, pohon-pohon
itu tak ada yg peduli, pohon-pohon di rusak diberi lebel, dipaku dengan poster
orang-orang penguasa yg katanya peduli dengan masyarakat, yg katanya peduli dengan
hal-hal kecil, dan yg katanya akan membuat kota ini menjadi lebih baik.
Para pengusaha juga sedang
berlomba-lomba membuat usaha properti yg entah…. apa mereka masih memikirkan
tempat dimana pohon-pohon itu bisa tumbuh.. ?
Semua
demi kepentingan
Aku
hanya bisa berharap, semua akan bisa lebih baik, dengan mulai berkembangnya
komunitas-komunitas peduli pohon dan lingkungan... Semoga semua itu tulus demi
lingkungan
Pete2
yg kutumpangi berhenti sesaat setah ki mengucapkan..
KiiirrRrrriiiii...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar