Sabtu, 27 April 2013

KiiirrRrrriiii.... edisi Pohon



Pagiii... :)
Begitu ku menyapa pagi ini, pagi-pagi pikiran ku sudah melayang jauh ke jalan landak, sudah terbayang meja kerja ku yg bertuliskan skedjul kerja hari ini. Beberapa pekerjaan harus ku slesaikan sebelum jam 1 oleh karena itu , hari ini kulangkahkan kaki keluar rumah lebuh pagi dari biasanya..
Hp, Tab, dompet, ya,,, (mengabsen keperluan dalam hati) semua sudah lengkap, ku melangkah berjalan ke luar rumah, laju langkah ku lebih cepat dari biasanya, sepanjang perjalanan keluar pintu gerbang ku hanya bisa merekam keadaan sekeliling dengan mataku dan menyimpannya di otakku…
Nafas ku masih terengah-engah, belum sempat mengatur nafas, pete-pete yg ku tunggu menghampiri, mengatur nafas pun ku lanjutkan dipete-pete.. belum sampai setengah perjalanan laju pete-pete yg tadinya stabil, kini menjadi lambat, terlihat antrian kendaraan di depan, "ada apa..? Tumben di jln ini macet, " tanyaku dalam hati, karena memang jalan ini tak biasanya macet, belum sempat ku bertanya pada orang-orang, pertanyaanQ dijawab oleh sebuah plank bertuliskan "ada pemangkasan pohon".
Sontak rekaman perjalanan ku keluar kompleks hingga pintu gerbang tadi di replay,saat melihat pemangkasan pohon itu, dan hanya hela nafas yg bisa ku lakukan.
Tadi Saat melewati mesjid di kompleks ku, terlihat beberapa warga kompleks yang sedang kerja bakti membersihkan sampah tebangan pohon mangga. Di gapura kompleks  sempat ku balikkan badan ku memandang jauh ke arah jalan yg ku lalui, kompleks ku kini tak sehijau dlu lagi,
Diatas pete-pete sejenak angan-angan ku melayang kembali ke masa lalu, mengingat semua kenangan yang terjadi selama belasan tahun di kompleks tempat ku tinggal. Tinggal di sebuah rumah dinas milik tentara selama belasan tahun mempunyai kenangan tersendiri, kompleks tempat ku tinggal pemandangannya sangat bagus, ciri khas bangunannya masih kental, bentuk rumah satu dengan yang lainnya sama, catnya juga begitu, Pembatas anatar rumah masih pagar kayu seperti di gambar anak-anak SD kalau disuruh menggambar
setiap rumah mempunyai pohon besar di halaman depan rumahnya, kalau bukan Pohon Mangga ya..Pohon Jambu..
Entah kompleks tempat ku tinggal itu dlunya bekas apa, mungkin hutan atau kebun mangga dan jambu...Berbagai pohon dari aneka jenis mangga tersedia, mulai dari jenis mangga macan, mangga isap, mangga golek, mangga pepaya, mangga madu, sampai mangga papan , mangga yang terkecut ada tersedia di kompleks ku, begitu juga pohon jambu, ada jambu air, jambu biji, jambu merah, jambu putih, atau jambu appel. setiap rumah sudah tersedia pohon.
Kami sering bermain bersama, manjat pohon yg tak terlalu tinggi, dan makan buahnya langsung. Setiap hujan kami anak-anak kompels sering mandi-mandi hujan, keluar rumah, berbekal kantong plastik, menanti buah mangga atau jambu yang jatuh, dan berebut bersama teman-teman lain ditemani percikan genangan air hujan.. semakin kencang angin kami semakin senang.. buah mangga berjatuhan, dan kami berlari tertawa di tengah derasnya hujan. Sang pemilik rumah juga tak marah buah mangga atau jambunya yang jatuh kamu punguti, bahkan kadang mereka duduk di teras rumahnya sambil tertawa memandangi kami..
Tidak hanya itu
Kehadiran pohon mangga dan jambu disetiap rumah membuat silaturahim antar tetangga terjaga, perbincangan antar tetangga hampir tiap sore terjadi saat masing-masing penghuni rumah, menyapu halaman rumanya, jika sedang musim mangga dan jambu tetangga-tetangga sering saling memberi, saling tukat-menukar mangga dengan jambu, mangga golek, dengan mangga macan, dsb.
Tak jarang juga ibu-ibu membuat acara rujak’an, setiap ibu-ibu membawa buah dari rumahnya masing-masing dan duduk di salah satu halamam rumah dari kami yang mendapat giliran jadi tuan rumah, ibu-ibu yang tidak membawa buah mangga atau jambu biasanya membawa gula merah dan bumbu-bumbu rujak lainnya, ada juga yg berbaik hati membawa buah lebih, seperti pepaya, timun, nanas, atau kedondong, yaa.. Saling pengertian lah.
Kami anak-anaknya juga ikut nimbrung, ikut makan rujak, Rujak itu terasa sangat nikmat, beda dengan rujak-rujak lainnya walau, mayoritas buahnya mangga dan jambu, tapi kebersamaannya itu membuat kesan tersendiri.
Tak cukup lama beberapa orang tetangga ku mulai pensiun, yang artimya mengharuskan mereka pindah dari kompleks, tradisi rujak’an lambat laun mulai musnah, mereka-mereka yg mengganti menempati rumah dinas itu kebanyakan lebih memilih menjual hasil buahnya, langsung kepada penjual-penjual mangga dan jambu keliling, kebanyakan menganggap selain mendapatkan keuntungan uang, mereka juga tak diributkan dengan buah yg jatuh. Tapi Beberapa diantara mereka masih menjalankan tradisi tukar menukar hasil panen.
Lagi-lagi itu tak cukup lama, tradisi itu kini makin memudar, perkembangan modernisasi, penambahan kebutuhan membuat pola pikir manusia juga berubah, sumber keindahan dan kenangan kini dianggap masalah,  Kini beberapa penghuni rumah dinas memilih menebang pohonnya, dengan berbagai alasan. Ada yg menebang pohonnya untuk membuat garasi mobil, ada yg menebang pohonnya untuk memperluas teras rumah, membuat pagar batu, ada yg takut roboh, ada yg malas membersihkan daun-daunnya yg gugur, hmmm (*hela nafas) Entah lah... Yang ku tau mereka menebang pohon-pohon itu, mereka menebang keindahaan itu, mereka menebang kenangan itu..





Kini pohon-pohon itu berubah menjadi tumpukan batu dan berbagai model bangunan, yg menjadi sekat-sekat pembentuk individualis dan kesunyian... Pemandangan yg kaku, menjenuhkan, dan tak jarang memicu kecemburuan sosial, tak ada lagi bayangan-bayangan pohon yg melindungi kami dari sinar matahari, tak ada lagi pemandangan hijau, tak ada lagi acara rujak’an bersama, tak adalagi tawa anak-anak berebut, berlarian mengumpulkan mangga dan jambu, tak adalagi daun-daun kuning yg gugur memenuhi halaman, tak adalagi perbincangan sore yg di iringi suara gesekan sapu lidi dan tanah...
Semua gugur satu demi satu…, 
Dan hal itu juga berbanding lurus dengan pemandangan sepanjang jalan ku menuju kantor, melihat dari atas pete-pete, kota ku yg dulunya hijau bak hutan kini berubah menjadi hutan ruko yang menjulang tinggi, papan-papan reklame terpampang, pohon-pohon itu tak ada yg peduli, pohon-pohon di rusak diberi lebel, dipaku dengan poster orang-orang penguasa yg katanya peduli dengan masyarakat, yg katanya peduli dengan hal-hal kecil, dan yg katanya akan membuat kota ini menjadi lebih baik.
Para pengusaha juga sedang berlomba-lomba membuat usaha properti yg entah…. apa mereka masih memikirkan tempat dimana pohon-pohon itu bisa tumbuh.. ?
Semua demi kepentingan
Aku hanya bisa berharap, semua akan bisa lebih baik, dengan mulai berkembangnya komunitas-komunitas peduli pohon dan lingkungan... Semoga semua itu tulus demi lingkungan
Pete2 yg kutumpangi berhenti sesaat setah ki mengucapkan..

KiiirrRrrriiiii...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar