Jumat, 10 Mei 2013

KiiirrRrrriiii.... edisi Kursi Samping Pak Supir

Kalau hari-hari biasanya saya ke kantor menggunakan pete-pete berkode F, hari ini beda berhubung pagi ini saya ada janji dengan orang Pajak, maka pete-pete yang saya tumpangi itu berkode I.
Sebenarnya banyak pete-pete yang melalui Jalan Urip Sumoharjo, kantor pajak tempatku memadu janji. Tapi Sekalian nostalgia lah dengan angkutan pete-pete yg sering ku gunakan ke kampus dulu, jadi ku memilih memutuskan menumpangi pete-pete berkode I.
Hingga seperempat perjalanan, di atas pete-pete masih normal saja. Tidak ada hal-hal aneh yg terjadi. Penumpang terus menerus bermunculan silih berganti, hingga hampir setengah perjalanan pete-pete yang ku tumpangi full.. Tak lama berdesak-desakan dua orang anak muda mengatakan slogan menghentikan pete-pete... Kirrriii....
Pete-pete pun berhenti. Penumpang yg memberi isyarat bergegas turun, ruang gerak di pete-pete mulai ada cela.. Masing-masing penumpang membetulkan posisi duduknya. Terlihat seorang wanita paruh baya yg melambaikan tangannya seakan ,memberi isyarat kepada sang sopir, bahwa dia mau naik. Ia kemudian menengok keadaan di dalam pete-pete, sepertinya wanita paru baya itu memperkirakan apa kursi penumpang cukup dengan badannya yang lumayan gemuk... Dalam hitungan detik sepertinya wanita parubaya itu mengurungkan niatnya untuk duduk di belakang dan berada diantara kami penumpang lainnya. Dia lebih memilih menempati kursi di samping sopir., namun tiba-tapi Pak Supir berkata..
"Di Belakang Maki, Jangan Ki' Di Depan "
Penumpang tadi dengan kerutan di di dahinya, sontak mengurungkan niatnya menggunakan jasa pete-pete yg kutumpangi.. Dengan cuek pete2 itu pun melanjutkan perjalanan.
Otak ku tiba-tiba kepo (mau tau) apa yg ada di pikiran sopir pete-pete ini, membiarkan satu penumpang tadi pergi begitu saja.. Biasanya pete-pete rela menunggu berjam-jam demi seorang penumpang. Toh kursi di samping pak supir yg sedang bekereja itu masih kosong... Dan sudah biasa ada pemumpang yg ingin duduk di samping pak supir..
Mengambil kesimpulan sendiri ya.., mungkin  ada barang bawaan ibu itu yang tak bisa diterima sopir pete-pete.. Entahlah, baru jalan sedikit, pete-pete yang ku tumpangi berhenti, seorang perempuan yang masih muda (sepertinya mahasiswa) juga memilih untuk duduk di depan samping pak sopir, seperti kejadian tadi, sopir mengatakan hal yang sama
"Dibelakang Maki Duduk Jangan Ki' Di Depan"
Pete-pete melanjutkan perjalanan tanpa penumpang tadi, Sudah dua penumpang yang supir itu tolak, sungguh kejadian aneh menurutQ ditengah persaingan pete-pete memperebutkan penumpang, sampai tak jarang ada sopir pete-pete yang bertengkar.
Perjalanan berlajut, fikiran ku masih menimbang-nimbang apa yg ada di pikiran pak sopir tadi, apa yang salah dari kedua penumpang tadi, 5 menit berjalan sebelum mesjid Al-Markas, seorang pria, melambaikan tangannya, supir mengarahkan pete-pete nya menghampiri lambaian tangan pria tadi, berhubung penumpang yang duduk di belakang belum ada yang turun, pria itu memilih duduk di depan, tempat yang diinginkan penumpang yg sudah dua kali ditolak oleh pak supir, saat membuka pintu sopir kembali berkata, tapi tak seperti pernyataannya kepada kedua perempuan tadi sopir ini menanyakan
"Sampai mana ki'?"
"Sampe Kantor Gabungan Dinas" jawab calon penumpang yang sepertinya
akan mendapat kesempatan duduk di depan samping pak supir yang sedang bekerja
"Iye naik maki"
Pete-pete melanjutkan perjalanannya dengan kursi depan samping pak sopir yang sudah diduduki pria itu, Ada apa dengan sopir pete-pete itu..???, Apa dia tak mau duduk berdampingan dengan perempua..??? Tampang pak sopir itu biasa saja tak seperti ulama-ulama yang sangat fanatik, mungkin penampilannya beda tapi dia memang fanatik... fikir ku dalam hati yang pagi-pagi dibuat kepo dengan penolakan supir pete-pete terhadap calon penumpang.
Tapi mengapa ia menyakan kepada pria itu sampai mana..??? Aku masi bertanyatanya dan menerka-nerka sendiri.. Sampai di depan kantor gabungan dinas pria yg duduk di depan itu mengeluarkan instruksi kiiirrriii, pete-pete berhenti, dan kursi depan kembali kosong. kursi belakang tempat ku duduk juga mulai longgar 2 penumpamg sudah turun bersamaan dengan pria yang terpilih menduduki kursi samping pak sopir tadi.
Pete-pete kembali jalan tanpa berhenti, walau menurut ku ada beberapa penumpang yang sepertinya tertarik menumpangi pete-pete ini, namun sang sopir seakan cuek,
Apa yg ada dipikiran sopir ini apa dia sudah terlalu banyak uang sampe-sampe mengabaikan beberapa calon penumpang tadi..???

Jawaban atas pertanyaan ku pun seakan terjawab dengan berhentinya pete-pete tepat di samping gang yang tak ku tau persis apa nama jalannya, seorang wanita yang ku perkirakan berusia 30 tahunan dan seorang anak berseragam SD, yang dari kejauhan terlihat berdiri di ujung gank itu, membuka pintu kursi depan yang sedari tadi sudah menolak  dua wanita sebelumnya, tanpa bertanya itu siapa aku sudah bisa menjawab dengan tingkah anak beraeragam SD yang menyalimi sang sopir dan mengucapkan kata" bapak" pada percakapan yang tak terlalu ku simak.




Pertanyaan-pertanyaan ku sudah terjawab, rasa bangga dan salut dengan prilaku Pak Sopir tadi, yang ,mempunyai Prinsip.
Ditengah isu-isu perselingkuhan, poligami, dan beberapa kasus-kasus lain yang terkait dengan perempuan dan pria-pria yang beruang, pak sopir dengan gaya yang sederhana itu mempunyai prinsip tersendiri
Seakan kursi disampingnya itu hanya boleh diduduki oleh perempuan specialnya yaitu istrinya ataupun anak-anaknya, Pak Supir itu rela membiarkan beberapa materi dari calon penumpang yang sudah dia tolaknya tadi, demi keluarganya berada di sampingnya..
Kebersamaan bersama keluarga , kebahagiaan yang diciptakan, dan senyuman-senyuman itu memang tak ternilai harganya dengan  materi. apa jadinya jika pak sopir memilih materi dari ibu-ibu tadi duduk disampingnya, lantas istrinya berarti akan menempati kursi belakang, mungkin tak ada ritual salam, senyuman dan senda gurau meleka bersama..
Toh kan rejeki tak lari kemana... Sekali lagi kebersamaan, kebahagiaan, senyuman, itu kadang-kadang tak dapat dinilai dengan besarnya materi..,
Semoga persepsi ku tadi sama dengan apa yang dipikirkan pak sopir yang menolak 2 penumpang sebelumnya, dan semoga keluarga mereka akan senantiasa bahagia
Kantor pajak sudah mulai terlihat..

KiiirrRrrriiiii...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar